Mereka menilai ada perbedaan dengan tarian Tor-tor dari batak lainnya.
Persatuan suku Mandailing di Malaysia punya alasan kuat mendaftarkan tarian Tor-tor sebagai warisan budaya Malaysia. Mereka menilai ada perbedaan dengan tarian Tor-tor dari batak lainnya.
"Yang kami daftarkan adalah Gordang Sambilan Mandailing dan Tor Tor Mandailing milik suku kaum Mandailing yang berleluhur atau asalnya dari Sumatera. Jadi, bukan Tor Tor Batak Toba atau Batak Karo," kata Presiden Persatuan Suke Mandailing Malaysia, Ramli Abdul Karim Hasibuan, dalam keterangan tertulis kepada VIVAnews, Selasa malam.
Hal itu juga dikuatkan dengan pengakuan salah satu tokoh adat Batak Toba, Parangin Angin, yang menyatakan terdapat perbedaan yang jelas antara Gordang Sambilan dan Tor-tor Mandailing dengan apa yang dimiliki oleh suku kaum Batak Toba dan Karo.
Sebelum mengusulkan tarian Tor-tor sebagai warisan negeri Jiran, Desember 2011 lalu. Ramli mengaku telah mendapatkan masukan dari masyarakat dan tokoh adat Mandailing di Sumatera Utara meliputi Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Padang Sidempuan, Padang Lawas Utara (Paluta) dan Pemerintah Kotamadya Medan.
"Mereka bahkan menemui bupati-bupati (pegawai daerah) serta walikota (datuk bandar) di daerah-daerah terlibat," ujarnya.
Perselisihan budaya antara Indonesia dan Malaysia tentu bukan pertama kali ini terjadi. Sudah berkali-kali dua negara tetangga serumpun di Asia Tenggara ini direpotkan dengan urusan klaim budaya. Malaysia dianggap sering mengklaim, dan selalu disusul oleh protes serta reaksi keras masyarakat Indonesia yang merasa dirugikan karena berpendapat budayanya “dicuri” bangsa lain.
Persatuan suku Mandailing di Malaysia punya alasan kuat mendaftarkan tarian Tor-tor sebagai warisan budaya Malaysia. Mereka menilai ada perbedaan dengan tarian Tor-tor dari batak lainnya.
"Yang kami daftarkan adalah Gordang Sambilan Mandailing dan Tor Tor Mandailing milik suku kaum Mandailing yang berleluhur atau asalnya dari Sumatera. Jadi, bukan Tor Tor Batak Toba atau Batak Karo," kata Presiden Persatuan Suke Mandailing Malaysia, Ramli Abdul Karim Hasibuan, dalam keterangan tertulis kepada VIVAnews, Selasa malam.
Hal itu juga dikuatkan dengan pengakuan salah satu tokoh adat Batak Toba, Parangin Angin, yang menyatakan terdapat perbedaan yang jelas antara Gordang Sambilan dan Tor-tor Mandailing dengan apa yang dimiliki oleh suku kaum Batak Toba dan Karo.
Sebelum mengusulkan tarian Tor-tor sebagai warisan negeri Jiran, Desember 2011 lalu. Ramli mengaku telah mendapatkan masukan dari masyarakat dan tokoh adat Mandailing di Sumatera Utara meliputi Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Padang Sidempuan, Padang Lawas Utara (Paluta) dan Pemerintah Kotamadya Medan.
"Mereka bahkan menemui bupati-bupati (pegawai daerah) serta walikota (datuk bandar) di daerah-daerah terlibat," ujarnya.
Perselisihan budaya antara Indonesia dan Malaysia tentu bukan pertama kali ini terjadi. Sudah berkali-kali dua negara tetangga serumpun di Asia Tenggara ini direpotkan dengan urusan klaim budaya. Malaysia dianggap sering mengklaim, dan selalu disusul oleh protes serta reaksi keras masyarakat Indonesia yang merasa dirugikan karena berpendapat budayanya “dicuri” bangsa lain.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Sertakan Komentar Anda Disini Dengan Komentar Yang Sopan , Mohon Bila Berkometar Pastikan Tidak Mengandung Kalimat Sara dan Penghinaan